Wednesday, March 30, 2011

Apakah itu foto Artistik?

Pertanyaan yang berulang kali saya dengarkan dari para teman-teman, baik yang baru saja menekuni hobi fotografi ataupun yang sudah cukup lama wara wiri dengan kamera beserta alat-alatnya. Cukup lama bagi saya untuk bisa menemukan jawaban yang meng-IMHO tapi ternyata jawabannya cukup abstrak juga. Rasanya tidak mungkin saya meng-IMHO jawaban untuk pertanyaan diatas.

Mengapa?

Karena ketika seseorang bertanya apakah foto artistik itu? Maka itu hanyalah sebuah pertanyaan retoris. Artistik dimata siapa? Penggemar seni fanatik? Penggemar seni aliran A, B, C dan seterusnya? Atau bahkan pertanyaan dari seseorang yang IMHO katanya newbie?

Mari kita memulai dengan Why have to be artistic?

Lalu timbul berbagai jawaban dilematis yang dibarengi oleh IMHO-IMHOan. Dalam fotografi dan seni terutama, tidak pernah ada kata SALAH bahkan IMHO. Hanya ada apakah kita berhasil mempengaruhi penonton kita dengan karya kita hingga mereka terkesan ataupun tidak. Dalam kritik seni (kurator ataupun penonton) mereka mengkritik dengan dua cara yang berbeda. Kurator mengkritik dan berkomen berdasarkan arah karya (aliran), kelangsungan karya (continuitas), dan masa depan sang pembuat karya (label seniman atau bukan seniman). Sedangkan kritik dan komen penonton hanya terbatas pada kemampuan si pengkritik terhadap sudut pandang dan referensi mereka terhadap karya yang mereka ingin perbincangkan.

Again, Why have to be artistic?

Apakah kita yang berhak menilai karya kita sendiri artistik? Ini jelas tidak. Karya itu dinilai artistik atau tidak artistik, dinilai oleh para penontonnya. Seperti menilai gambar kita waktu SD, ada dua gunung, matahari, jalan raya, sawah dan tiang listrik. Siapa yang menilai bagus? Pak Tino Sidin bilang bagus! Tapi buat sebagian orang, ah itu hanya gambar klasik yang naif. Lalu? Mengapa begitu membebankan diri sendiri bahwa kita harus tampil artistik? IMHO? Gaklah.....sudah sangat jelas....berkarya itu ya berkarya saja. Jangan bebankan kita pada nilai diri sendiri sampai sejauh mana karya kita artistik atau tidak.

Bagaimana kita memulai nggaya artistik? (keukeuh – kata orang sunda)

Artistik seperti yang sudah berusaha dijelaskan bahwa itu penilaian yang sangat abstrak. Namun apabila kita keukeuh bahwa karya kita kudu, musti, must artistik ya kita harus mulai dari referensi sebanyak mungkin. Apa yang mata kita tangkap lalu kita cerna. Mulai dari referensi karya orang yang kita nilai artistik, menjadi panduan untuk/agar karya kita menjadi artistik.

Contoh akan saya ambil pada diri saya sendiri, agart tidak perlu meng-IMHO pada siapapun. Saya adalah penggemar berat karya Frank L Wright, komposisi dalam karya arsitekturnya menurut saya luar biasa. Bagaimana dia bisa membuat sketsa ruang dalam bentuk komposisi kotak-kotak sederhana menjadi minimalis yang luar biasa. Dia bukan fotografer namun karya beliau sangat berpengaruh dalam pola berpikir saya. Lalu datang seorang maestro (tanpa IMHO ini saya yakin dia maestro), Jackson Pollock, Pelukis Amerika yang sangat berpengaruh dalam aliran abstract expressionist movement. Pengaruh karya lukisannya yang revolusioner benar-benar masuk kedalam susunan pola abstrak yang saya temukan pada obyek yang saya foto.

"When I am in my painting, I'm not aware of what I'm doing. It is only after a sort of 'get acquainted' period that I see what I have been about. I have no fear of making changes, destroying the image, etc., because the painting has a life of its own. I try to let it come through. It is only when I lose contact with the painting that the result is a mess. Otherwise there is pure harmony, an easy give and take, and the painting comes out well.
-- Jackson Pollock, My Painting, 1956

Jadi kembali ke pertanyaan mereka ke saya sambil berlalu, “Mengapa ketika saya melihat foto anda atau si A,B,C begitu artistik namun saya sulit sekali menjadi seperti anda atau mereka?”

Jawaban saya :

Ini bukan proyek Bandung Bondowoso [Legenda Loro Jonggrang—yang menjelaskan asal-usul himpunan candi yang mempesona di Prambanan itu, diselesaikan dalam waktu semalam]. Tidak tahu kisah latar belakang si A, B, C dan D. Namun untuk saya, proses yang saya lewati adalah proses penuh caci maki, tidur tidak tidur, kepanasan, kedinginan. Lapar, lelah, frustasi, bahagia, frustasi lagi.....dan sebagainya. Belum lagi ketika sekolah dulu, saya disuruh duduk sebulan lamanya, di depan lukisan abstrak dari pelukis misterius yang sudah RIP dan suruh membuat essay satu lembar tentang si pelukis yang namanya saja saya tidak ketahui.

Proses yang memakan waktu hingga bertahun-tahun hingga kini pun saya rasa saya belum rampung dalam memahami seberapa artistik sebuah karya hingga karya tersebut bisa menjadi cerita panjang walalupun si pembuat karya sudah tidak bernafas di dunia ini. Seni itu seperti membelah langit, kita akan menemukan lapisan langit demi langit....hingga infinit! Jadi ketika anda memulai pertanyaan
“Bagaimana foto yang artistik itu?”

Hadeuuuhh.......

*Teks by Marrysa Tunjung Sari, Sasha
**Sumber : www.fotografer.net

Entahlah..

Kenapa traffic light nya berwarna hijau tapi angka nya berwarna merah yang artinya harus berhenti? Bukankah itu membahayakan? Apakah itu tidak membingungkan para pengguna jalan? Entahlah, saya gak perlu repot untuk mengurusi hal itu, ada pihak yang lebih kompeten untuk menanganinya.

Sekian,
Wassalam.

Tuesday, March 22, 2011

Paul Banks dan self timer

Malam itu menunjukkan pukul 21.30 Wita, pikiran kosong tak satupun ide untuk melakukan sebuah kegiatan yang menyenangkan. Acara tv ndak jelas, yasudah Turn on the computer,  set playlist album Interpol - Turn On The Bright Lights. Dan ah album yang nyaman sekali dinikmati bersama hangatnya Indocafe Mocchacino favorit dan beberapa batang rokok,sekaligus menemani kesendirian malam itu.
Setlist menuju ke track berjudul NYC, dan petikan lirik ini begitu indah..

"But I'm sick of spending these lonely nights
Training myself not to care
The subway is a porno,
The pavements they are a mess
I know you've supported me for a long time
Somehow I'm not impressed"

Lalu entah kenapa mata saya langsung tertuju pada kamera saya, ya tiba2 saya ingin berfoto2 ria menggunakan tripod, hahaha. Set ke mode self-timer, setting kecepatan di 10 detik, f pasang diangka 6.3 dan iso sepertinya menarik di 400.

Saya mulai ber "eksperimen-gak jelas-juntrungan-nya" dengan lampu mainan yang waktu itu saya beli di Puputan seharga 7ribu rupiah. Tekan shutter, indikator AF mulai berkedip! Rana pun mulai terbuka, ayo waktunya dimulai! ayunkan, goreskan, gerakkan kesana kemari, berdansalah hingga rana itu tertutup! dan, BINGO!




Yah setidaknya malam itu saya bisa membalikkan kata-kata :
"But I'm sick of spending these lonely nights"
menjadi
"But I'm NOT sick of spending these lonely nights"
HAHAHA

Maafkan saya Paul Banks, dan terimakasih self-timer.

Sunday, March 20, 2011

Melasti

 
One of important ceremony in Hindu rituals is Melasti or purification the Pratima (god symbol) and other Hindu Religion symbol at the beach. This Melasti Ceremony is conducted once a year in conjunction with the big Hindu Holiday called Nyepi Day/ silent day. The Melasti event is generally done three-day before Nyepi day or depends to the local custom countryside rule. At the Melasti celebration, all Hindu people in Indonesia especially in Bali troop to carry the holy symbol of Hindu religion to the sea to be cleaned and looked at the alongside road the parade of Umbul-umbul symbol and others. It is also accompanied by the gamelan traditional enliven this event.
***

Terbangun karena alarm handphone berdering, dan jam dinding menunjukkan pukul 05.30 Wita.Bergegas bangun dan cuci muka gosok gigi karena hari ini ada jadwal untuk motret melasti di Sanur.. Siapkan peralatan tempur, Nikon D100 full charge, memory CF 4Gb, beserta Sigma 28-70 dan Nikon 50 mm. Keluarkan  Ramona dari tempat istirahatnya, panaskan sejenak, berangkat!

Dingin nya pagi terasa menusuk, maklum gak pernah bangun pagi hahaha. Tapi tak apalah demi mendapatkan moment ini, yeah! Ramona mulai memasuki pantai mertasari,
tapi kok sepi???
Ah mungkin bukan disini tempatnya, lalu saya pun kembali jalan bersama ramona menyusuri jalan ke pantai2 selanjutnya. Masuk pantai karang dan pantai Sindhu pun sepi, kok???

*mulai menggerutu
Ah kok sepi? apa saya salah menebak?
Apa memang sudah tidak ada yang melakukan ritual melasti pada pagi ini?
Apa??? Kenapa???

Lalu teringat akan pesan pacarku bahwa ritual Melasti biasanya diadakan di Pantai Matahari Terbit atau pantai Padang Galak, lalu bergegas memacu ramona as fast as i can. Masuk ke pantai matahari terbit, saya pun menghampiri seorang petugas parkir disitu.

"Pak, disini kalo mau motret melasti dimana yah pak?
Pak parkir : "kalo mau motret melasti disana mas, di pantai padang galak"
Saya : "Oh gitu ya pak?"
Pak Parkir : "Iya, tapi lewat sini juga bisa kok, lewat pedestrian jalan
pinggir pantai, ikutin saja jalan itu, nanti ketemu dah orang2 melasti"
Pak Parkir lagi : "Tapi setau saya sudah gak ada yang melasti, soalnya puncaknya
2 hari yang lalu mas.."
Saya : "Serius pak?"
*alamakkkk, oh my God...
Pak Parkir : "iya setau saya sih gitu, tapi coba aja dulu liat mas.."
Saya : "Iya deh pak, suksma. Saya cek dulu kesana, sekalian jalan-jalan pagi.."
Pak Parkir : "Iya di cek dulu mas, siapa tau masih ada.."

*memberikan uang seribu rupiah untuk parkir sambil berlalu

Mulai menyusuri pedestrian jalan dipinggir pantai sambil membakar sebatang rokok untuk menghangatkan badan. Sekilas yang terlihat dimata, wah lumayan jauh juga ya?Ah gak papa, itung2 olahraga juga. hehehe.

Terlihat dari kejauhan ada aktifitas krama Bali, sepertinya ini dia! Mempercepat gerak langkah kaki menuju kesana. Ada seorang bapak tengah duduk sendirian dipedestrian, saya hampiri dan bertanya

"Permisi pak, ini lagi Melasti ya?"
Si bapak : "Iya betul dik"
Saya : "Oh.. Dari banjar mana ya ini pak?"
Si bapak : "Tiang dari banjar ....... (maap lupa banjar mana)"
Saya : "Oh gitu, tapi kok sepi yah pak? emang cuma ada 1 banjar saja?"
Si bapak : "Iya ini emang hanya dari banjar saya saja dik, banjar2 lain nya
mungkin 2 hari yang lalu atau kemarin"
Saya : *sighs
"Oh bearti puncaknya 2 hari yang lalu yah pak?"
Si bapak : "Iya dik, Melasti itu memang puncaknya 2 atau 3 hari sebelum Nyepi, Kalau pas pengerupukan gini sudah jarang yang Melasti, paling hanya beberapa banjar saja"

Ah, saya salah perhitungan! saya pikir Melasti itu puncaknya sehari sebelum Nyepi, ternyata salah besar! Tapi setidaknya saya mendapatkan 1 banjar yang sedang melaksanakan melasti pagi itu. Lumayan..

Saya : "Oh gitu yah pak? Trus kalo saya mau motret ini gpp yah pak?"
Si bapak : :Iya begitu dik. Oh iya gpp, silahkan motret saja"
Saya : "Oke pak, terimakasih."

Buka tas, keluarkan kamera, pasang 50mm. Tapi kok sedikit aneh ya, rasanya ndak sopan kalau saya masuk diantara kerumunan mereka dengan sweater dan celana jeans? Saya melihat sekeliling, semuanya seragam, tapi ah tidak! ternyata disana ada beberapa fotografer lain yang sedang motret juga! Mendekat dan mulai membidik dan mencari moment.

*klik foto untuk memperbesar

Impian saya tercapai, motret kegiatan melasti. Walaupun tidak seramai yang saya bayangkan tapi setidaknya saya tetap senang mendapatkan beberapa frame. Saya janji tahun depan selama 4 hari berturut2 sebelum Nyepi untuk datang setiap pagi mencari moment2 penting Melasti.
Dan yang terpenting mudah2an sudah memiliki lensa paling tidak AF-S 14-24mm f/2.8G ED Nano atau AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF-ED untuk wide dan AFS 70-200mm f2.8G VR atau AF 80-200mm f/2.8D ED N untuk tele.
Astungkara, Amin.

Thursday, March 17, 2011

ramona, si skuter 1966 tercinta

                                                                                     Ramona oh ramona...
Ini adalah sebuah pemberian dari bos gue waktu kerja di printingan di daerah Kuta, dikasih cuma-cuma nih. Katanya karena prestasi kerja gue yang bagus (katanya dia sih gitu..) Tapi syaratnya harus kerja selama 1 tahun ditempat dia. Hahaha, jancuk. Keliatannya sepele emang, ah gampang cuma kerja 1 tahun doang sih, tapi gak semudah itu kawan! Akh gila, kerjanya mati2an! Lembur hampir tiap hari, gaji gak seberapa, istirahat siang cuma makan+rokok 1 batang lanjut kerja lagi, jam 8 teng gerbang harus udah terbuka, jam 6 sore kalo lagi beruntung tutup tepat waktu (biasanya ngaret)! f*ck!
Hari demi hari berjalan hingga waktu kontrak 1 tahun hampir habis (akhir Desember 2009), senang bukan kepalang, langsung pamit cabut dengan alasan mau balik ke Jakarta,
"Pak saya mau resign",
Si Bos, "Lho kenapa?"
Gue : "nganu pak, saya disuruh bantu bapak saya e, kebetulan mau pilkada, saya disuruh bantu2 buat desain, cetak, bla.. bla.. bla.. "  
*pinter2 gue ngomong, dengan tampang melas..
Bos : "Waduh, gimana ya? Lo kan termasuk orang penting disini, lha ntar yang megang mesin indoor siapa?"
Gue: "Aduh, gimana ya pak, bapak saya e yang minta, maaf ya pak."
*jawab dengan angkuh merasa sok dibutuhin
Bos : "Yaudah mau gimana lagi, bentar deh gue itung gaji lo dulu.."
*buka laci, ngitung duit (bos)
**berharap dapet bonus tambahan krn udah kerja ngikut dia lama dan jarang buat kesalahan (gue berdoa)
Bos : "Nih gaji lo bulan ini, Rp........ , (sensor yah, malu.. :D)"
Bos lagi : "oiya, waktu itu lo pernah nyetak apa aja disini Ndu?
Gue dalem hati : "Naskleng!!! masih aja mau dipotong!! yaelah pak tega amat lu?? kampret emang!!"
Gue dengan nada pelan: "kartu nama 1 box + laminating, stiker ukuran A3 2 lembar, Sintetik 40x30 + Laminate Doff 1 lembar pak.."
dan si bos bilang : "yaudah gue potong 100ribu aja deh buat lo, oke?"
Gue dalem hati : "@#*U@#($I#$()%, bajigur, udah mau cabut masih aja dapet potongan, ikhlasin aje ngapa sih.."
Gue : "iiii...yyy...aaaaa... pak, terimakasih" T_T
Bos nambahin : "Oiya BPKB vespa lo kan masih di gue tuh, ntar lo ambil deh ya di rumah gue di kebon jeruk, kan lo udah tinggal di jakarta lagi.. oke ndu?"
*mati dah, BPKB ditahan, disuruh ambil dijakarta pula.. :|
Gue dengan nada kalem : "baik pak, nanti saya ambil ke sana.. "

*karena masih mpet banget, sampe sekarang BPKB ramona gue masih dirumah dia yang dijakarta (udah hampir 2 tahun hahaha), males banget mau ngambil.
Ya ntar2an lah gue ambil kalo gue udah sukses, biar lebih PEDE gue kesana.. :))

Eh kok malah jadi curhat kerjaan ya? sori sori.. :P
Vespa kesayangan gue warna biru telur asin, mesin nya sih tahun 1966, tapi bodi nya tahun gak jelas nih, maklum beli nya gak liat barang, waktu itu bokap yg ngasih info (di Jkt). Dia nelpon ada vespa bagus nih, cat masih sip, mesin oke. Yaudah gue kabarin bos gue, bla... bla... bla... dia langsung kirim ke rekening bokap gue 3juta. Deal, bawa pulang dah tuh.. Selang seminggu, dikirim lah tuh vespa pake jasa apakaden lupa namanya.
Setelah dilihat, ealah ternyata ndak ori.. yo wiss ora popo, yang penting udah punya kendaraan sendiri,
Ramona, si skuter 1966 tercinta!
Miniatur ramona, pemberian cewek ku.. :D
Ah, semoknya dia..
B 3220 V



terimakasih teman atas pinjeman lensa Sigma 10-20 nya..

Tuesday, March 15, 2011

Glückwünsche an die 4 jähriges Jubiläum

Selamat hari jadi ke 4 tahun! (biar keren dikit pake bahasa jerman judulnya :p)
Sedikit cerita (lebih banyak ke foto sih, hehehe) ketika kami merayakan hari jadi kami yang ke 4 tahun. Sejak awal kami sudah merencanakan untuk Cruise (baca : berlayar naik kapal mewah) hehehe dengan Bounty Cruise, kapal pesiar yang cukup tersohor di Bali. Karena kebetulan salah satu teman kami bekerja disana maka kami dapet potongan harga (cihuy... :p) jadi 270ribu per orang.
Perjalanan dimulai dengan diawali hujan deras pagi itu, karena udah niat sejak awal maka hujan deras tak menghalangi niat kami. Sebenernya bukan karena itu juga sih, tapi lebih karena kita udah bayar, jadi sayang dong kalo gak jadi.. hahaha. Becanda.. :D
Sampai disana masih harus nunggu, karena kapalnya take off jam 1/2 10, apa yah bahasanya kalo udah mau jalan? ya pokoknya begitulah kira2..
Rata2 kebanyakan orang Jepang yang cruise, orang lokalnya dikit, paling gak sampe 10an.
yaudahlah saya bukan penulis handal, jadi silahkan saja dilihat2 fotonya.. :D


Akhir kata, kami sangat menikmati hari itu, hari Minggu 27 Februari 2011. Dan semoga kami dapat terus menjalani hingga akhir nanti, amin.